GERBANG AGROPOLITAN TERANTANG MERUPAKAN BASIS INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PELAKU UTAMA DAN PELAKU USAHA PERTANIAN DIPERSEMBAHKAN OLEH H.RAJIHAN

SELAMAT DATANG DI TERANTANG

SELAMAT DATANG DI DAERAH SENTRA BUAH JERUK DAN PADI SIAM MUTIARA,WILAYAH BINAAN KARANG DUKUH DAN KARANG BUAH TERANTANG KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

IPTEK




LIPTAN SOP PEMANGKASAN BENTUK
A.   Definisi
Merupakan rangkaian kegiatan memangkas  cabang/ ranting tanaman dalam rangka pembentukan kanopi. Kanopi tanaman terbentuk dengan pola 1-3-9-27, yakni 1 batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier.
B.   Tujuan : 
Untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar mendukung tanaman mempunyai produktivitas tinggi.      
C.  Bahan dan Alat
  1. Gunting pangkas.
  2. Gergaji pangkas.
  3. Meni/oli bekas.
  4. Kuas halus.
  5. Tangga.
D.  Fungsi   : 
  1. Gunting pangkas digunakan untuk  memotong tunas, ranting dan cabang kecil.
  2. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang besar.
  3. Meni atau oli bekas digunakan sebagai pelapis/penutup luka bekas pangkasan.
  4. Kuas halus digunakan untuk mengoleskan meni atau oli bekas pada batang yang telah dipangkas.
  5. Tangga digunakan untuk mencapai bagian tanaman yang  tidak bisa dijangkau oleh tangan untuk dilakukan pemangkasan.
E.  Prosedur Pelaksanaan:                              
  1. Pangkas benih mangga mengikuti pola 1-3-9-27 
  2. Lakukan pangkas bentuk I sejak tanaman masih muda (benih setinggi 80-100 cm).
  3. Pelihara 3 cabang primer yang membentuk sudut  seimbang (120º) antar yang berbeda. Cabang lain yang tidak dikehendaki dipangkas sampai ± 1 cm dari pangkal cabang.
  4. Dari cabang primer tersebut masing-masing dipelihara 3 cabang sekunder, demikian seterusnya sampai terbentuk percabangan yang kompak dan kanopi pohon diarahkan membentuk setengah kubah dengan penyebaran daun merata.
  5. Ulangi pemangkasan batang utama jika tunas yang tumbuh pada bidang pangkasan hanya 1 atau 2 cabang saja.
  6. Lakukan pemangkasan berikutnya jika cabang yang dipelihara telah mencapai 1 meter atau 3-6 bulan setelah pemangkasan pertama, seperti syarat dan tata cara pemangkasan pertama.
  7. Catat semua kegiatan pemangkasan pada kartu kendali pemangkasan agar diketahui kapan pemangkasan berikutnya.
 
Gambar Pemangkasan Bentuk Tanaman
Sumber: Dirjen Horti ,Kementan RI. Jakarta

1.SAWIT DUPA  SAWIT DUPA



PADI SIAM MUTIARA


Di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan, lebih dari 70% pertanaman padi ditanami dengan berbagai varietas lokal. Di antara varietas lokal yang populer dan banyak ditanam petani adalah varietas Siam Mutiara. Varietas ini memiliki keunggulan masing-masing, baik dari sebaran adaptasi pertanaman maupun dari keunggulan potensi hasilnya. Siam Mutiara menyebar luas di sawah pasang surut sulfat masam dengan tipe luapan B/C di Kabupaten Barito Kuala.       
Pada tahun 1990 petani di daerah Anjir Seberang Pasar II, Kabupaten Barito Kuala, yaitu Haji Asnawi menanam varietas local Siam Unus Kuning dengan luasan beberapa borong. Di dalam penanaman tersebut muncul varietas local (campuran varietas lain) dengan cirri-ciri warna gabah kuning, jerami bersih bentuk gabah ramping dengan ujung gabah agak kuning, berbunga seragam, matang serempak tinggi tanaman merata serta malai kelompok/menggumpal namun umurnya sedikit lebih lama dibandingkan dengan Siam Unus Kuning yang kemudian disebut Siam Palut.
            Varietas Siam Palut ini ditanam pula oleh penangkar benih, Haji Syamsi Bahrun, seluas dua borong (578 m2), yang selanjutnya meluas menjadi 1 ha. Seleksi secara turun temurun dilakukan oleh penangkar benih untuk dijadikan sebagai benih. Hasil panen ini kemudian ditanam lagi seluas 3 ha. Sampai tahun 2000 penanaman Siam Palut menyebar ke seluruh Desa Anjir Seberang Pasar II dengan luas tanam 65 ha. Informasi keunggulan Siam Palut ini menyebar sampe ke petani sekitar. Karena berasnya putih bersih sampai seperti mutiara, sehingga sampai tahun 2007 penanaman menjadi seluas 250 ha. Perkembangan luas tanaman tersebut kebeberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Barito Kuala. Nama Siam Palut  ini oleh petani dan pedagang beras/penggilingan padi diganti dengan Siam Mutiara, karena berasnya putih bersih seperti mutiara.
Siam Mutiara memiliki keunggulan hasil tinggi (4,80 Vha GKG), wama gabah kuning bersih, wama beras jemih bening dan mengkilap seperti mutiara, dan kadar karbohidrat 48,88%. Varietas Siam Mutiara cocok untuk penderita diabetes karena kadar karbohidratnya yang rendah. Kedua varietas menunjukkan pertumbuhan seragam, waktu berbunga merata dan matang serempak, mulai matang hampir tanpa butir-butir hijau, dan persentase gabah isi tinggi. Nilai ekonomi varietas ini lebih tinggi dari pada varietas lokal lainnya, dengan rasa nasi yang disukai oleh masyarakat di Kalimantan Selatan. Kedua varietas ini telah terdaftar di Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan telah diseminarkan pada sidang pelepasan varietas tanaman pangan yang dilaksanakan oleh Badan Benih Nasional.

SUMBER : BPSB KALSEL



Penyakit Tanaman Cabe dan Pengendaliannya
Salah satu kendala penyebab rendahnya produksi adalah gangguan penyakit yang dapat menyerang sejak tanaman di persemaian sampai hasil panennya. Patogen, berarti sesuatu yang menyebabkan tanaman menderita. Penyebab tanaman menderita tidak selalu berupa mahkluk hidup, tetapi juga sesuatu yang tidak hidup, seperti virus, hara, air atau penyebab lainnya.
Gangguan penyakit maupun hama pada tanaman cabe sangat kompleks, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Bahkan dapat menimbulkan kerugian cukup besar, seperti yang diuraikan oleh Dr. Ati Srie Duriat, peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bersama timnya. Untuk mengatasi masalah ini, umumnya para petani melakukan pengendaliannya secara konvensional, yaitu, penggunaan pestisida secara intensif. Penggunaan pestisida ini bahkan mencapai 51% dari biaya produksi. Dari sejumlah tersebut, 17,6% digunakan untuk mengatasi masalah penyakit tanaman, dan sisanya untuk penggunaan insektisida.
Penggunaan pestisida berlebih selain tidak efisien juga dapat menimbulkan berbagai masalah serius seperti akumulasi residu pestisida, penyakit menjadi resisten, epidemi penyakit, terbunuhnya musuh alami dan pencemaran lingkungan. Jalan keluar dari masalah ini adalah pengendalian penyakit dengan konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT), yaitu penggabungan berbagai upaya tindakan terhadap faktor-faktor yang memperngaruhi perkembangan penyakit untuk mendapatkan tanaman cabe yang sehat, aman dan bebas dari cemaran yang membahayakan.
Badan Litbang Pertanian melalui Balitsa telah melakukan serangkaian penelitian tentang penyakit tanaman cabe dan bagaimana penanggulangannya. Hasil penelitian ini disusun dan dikemas sebagai bahan informasi yang membahas tentang penyakit tanaman cabe yang terbawa dari biji, penyakit di persemaian, penyakit pada masa pertumbuhan vegetatif-generatif, penyakit yang menyerang buah, penyakit yang disebabkan oleh makhluk hidup seperti hama penghisap daun, penyakit keracunan, penyakit perubahan kromosom.
Informasi tentang penyakit tanaman cabe ini dilengkapi dari mulai gejala tanaman terserang penyakit, pencegahan dan pengendaliannya serta dilengkapi dengan foto-foto tanaman yang terserang penyakit untuk lebih memperjelas anda dalam mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar